RESUME
Kompetensi Kepemimpinan
Konsep kompetensi dalam penelitian ini
mengacu pada konsep yang dikembangkan oleh Spencer & Spencer (1993) dan
Zwell (2000). Dalam hal ini, Spencer
& Spencer (1993, p. 9) mendefinisikan kompetensi sebagai:
…an underlying characteristic of an
individual that is causally related to criterion referenced effective and/or
superior performance in a job or situation.
Sedangkan
Zwell (2000, p. 18) menyebutkan:
Competencies can be defined as the
enduring traits and characteristics that determine performance. Examples of
competencies are initiative, influence, teamwork, innovation, and strategic
thinking.
Dari kedua definisi kompetensi tersebut,
maka kompetensi dapat dinyatakan sebagai bagian dari kepribadian individual
yang bersifat permanen yang dapat menentukan atau memprediksi kinerja
seseorang. Adapun karakteristik dari kompetensi, selain berupa traits (Zwell, 2000, p. 8; Spencer &
Spencer, 1993, p. 9), juga berupa motives,
dan self concept (Spencer &
Spencer, 1993, p. 9) serta knowledge
dan skill (Spencer & Spencer,
1993, p. 9; Rothwell & Kazanas, 1993, p. 68).
·
Traits,
merujuk pada ciri bawaan yang bersifat fisik (physical characteristics) dan tanggapan yang konsisten terhadap
berbagai situasi atau informasi.
·
Motives
adalah sesuatu yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang, yang dapat
mengarahkan, mendorong, atau menyebabkan orang melakukan suatu tindakan.
Motivasi ini mengarahkan seseorang untuk menentukan atau menetapkan
tindakan-tindakan yang memastikan dirinya mencapai tujuan yang diharapkan
(Armstrong, 1990, h. 68).
·
Self
concept, yakni sikap, nilai atau image yang dimiliki sesorang tentang
dirinya sendiri. Self concept ini
akan memberikan keyakinan pada seseorang siapa dirinya. Apakah ia seorang
pemarah ataukah orang yang sabar dan mampu mengendalikan diri. Demikian pula,
apakah ia seorang yang cerdas ataukah yang selalu mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu.
·
Knowledge
adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu.
·
Skill
merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas mental atau tugas fisik tertentu.
Berbeda dengan keempat karakteristik kompetensi lainnya yang bersifat “intent” dalam diri individu, skill merupakan karakteristik kompetensi
yang berupa “action”. Skill mewujud sebagai perilaku yang
didalamnya terdapat motives, traits, self concept dan knowledge
(Spencer & Spencer, 1993, p. 9).
Kompetensi yang dimiliki aparatur
pemerintah menjadi sangat penting, karena peran yang mereka miliki dalam proses
pencapaian tujuan organisasi. Dengan peran yang berbeda antara pegawai biasa (staff) dan para pimpinan, maka
kompetensi yang diperlukan antara mereka juga berbeda. Kompetensi untuk pegawai
biasa akan selaras dengan fungsinya sebagai pelaksana dari kebijakan-kebijakan
yang ditetapkan para pimpinan. Sedangkan kompetensi untuk para pimpinan akan
sesuai dengan fungsinya dalam kedudukan sebagai pemimpin dalam organisasi.
Fungsi kepemimpinan ini sangat beragam dan
kompleks, yang dalam kondisi tertentu kadar penerapannya dipengaruhi oleh
jenjang dalam jabatan struktural, jenis pekerjaan, atau pun wilayah kerja yang
dibagi dalam “pusat” dan “daerah”. Akan tetapi secara umum, fungsi-fungsi
tersebut dilaksanakan oleh semua orang yang menempati posisi jabatan pimpinan
dalam organisasi. Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan ini, Zwell (2000, p. 88)
menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 15 fungsi yang umum dilaksanakan oleh
pemimpin, meliputi: modeling the
corporate culture, developing the
corporate philosophy, establishing and maintaining standards, understanding the
business, determining strategic direction, managing change, being a good
follower: aligning with superior, inspiring and motivating, establishing
alignment, establishing focus, holding ultimate responsibility, dealing with
authority issues, determining successors, managing ambiguity, dan optimizing organizational structure and
process. Dengan fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut, pemimpin dalam posisi
apapun -baik di tingkat pusat ataupun di tingkat daerah/lokal- dituntut untuk
memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat melaksankaan fungsinya
dengan baik.
Adapun jenis atau macam kompetensi yang
diperlukan atau harus dimiliki oleh para pimpinan, telah disebutkan oleh banyak
pakar. Tiap dari mereka menguraikan kompetensi yang relatif berbeda dari yang
lain. Akan tetapi, secara substansial fokus mereka sama yakni karakteristik
individu yang penting dimiliki oleh para pemimpin dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Zwell (2000, p. 25-49) menyebutkan kompetensi pemimpin dapat
dikelompokkan kedalam lima
katagori, yang meliputi:
1.
Task
achievement, yakni
kompetensi-kompetensi yang berhubungan dengan pelaksanaan kerja secara baik,
tentang apa yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dengan cara apa,
dan bagaimana melakukannya. Kompetensi-kompetensi ini meliputi: result orientations, managing performance,
influence, initiative, production efficiency, flexibility, innovation, concern
for quality, continuous improvement, dan
technical expertise.
|
2.
Relationship.
Katagori kompetensi ini berkaitan dengan komunikasi dan bekerja secara baik
dengan orang lain serta memuaskan kebutuhan mereka. Relationship meliputi: team
work, service orientation, interpersonal awareness, organizational savvy,
relationship building, conflict resolution, attention to communication, dan cross-cultural sensitivity.
3.
Personal
attributes, yakni
kompetensi-kompetensi yang secara intrinsik dimiliki individu dan berhubungan
dengan apa yang mereka percaya, bagaimana mereka berfikir, merasa, belajar, dan
membangun. Personal attributes
meliputi kompetensi-kompetensi sebagai berikut: integrity and truth, self-development, decisiveness, decision quality,
stress management, analytical thinking, dan conceptual thinking.
4.
Managerial,
yakni kompetensi yang secara khusus berhubungan dengan pengaturan, pengawasan,
dan pengembangan pegawai. Katagori kompetensi managerial meliputi: attention to communication, influence,
decisiveness, decision quality, integrity and truth, building teamwork,
motivating others, empowering others dan
developing others.
5.
Leadership,
yakni kompetensi yang berkaitan dengan aktivitas memimpin organisasi dan
orang-orang yang ada di dalamnya untuk mencapai tujuan, visi, dan sasaran, yang
telah ditetapkan. Kompetensi kepemimpinan ini meliputi seluruh kompetensi yang
termasuk dalam managerial competencies,
ditambah lagi dengan kompetensi-kompetensi sebagai berilkut: visionary leadership, strategic thinking,
entrepreneurial orientation, change management, building organizational
commitment, dan establishing focus,
purpose, principles and values.
Sedangkan Spencer & Spencer (1993, p.
25-78) dengan cara yang berbeda mengelompokkan kompetensi kepemimpinan kedalam
enam katagori yang disebutnya sebagai cluster.
Cluster tersebut meliputi:
1. Achievement and
action. Cluster ini meliputi empat jenis kompetensi,
yaitu: achievement orientation,
concerning for order, quality and accuracy, initiative, dan information seeking.
2.
Helping
and human service, meliputi: interpersonal understanding dan customer service orientation.
3.
The
impact and influence. Terdiri atas kompetensi impact and influence, organizational
awareness, dan relationship building.
4.
Managerial
competencies yang melputi developing others, directiveness, team work
and cooperation dan team leadership.
5. The cognitive
competencies yang meliputi analytical thinking, conceptual thinking, dan technical/personal/managerial expertise.
6. The personal
effectiveness competencies yang terdiri dari
empat kompetensi meliputi; self control,
self-confidence, flexibility, dan
organizational commitment.
Selain kompetensi-kompetensi tersebut,
Spencer & Spencer (1993, p. 343) juga menambahkan beberapa kompetensi lain
yang disebutnya sebagai kompetensi yang penting bagi organisasi masa depan.
Kompetensi-kompetesnsi dimaksud merupakan kompetensi untuk eksekutif dan manager.
Kompetensi eksekutif meliputi: strategic
thinking, change leadership dan
relationship management. Sedangkan untuk manager meliputi: flexibility, change implementation,
entrepreneurial innovation, interpersonal understanding, empowering, team
facilitation, dan portability.
Kompetensi Kepemimpinan Pejabat Eselon II Pemerintah Daerah
Berkaitan dengan
kompetensi kepemimpinan yang spesifik diperuntukkan bagi pejabat eselon II
pemerintah daerah, Asropi (2003) menguraikan sejumlah kompetensi yang minimal
harus dimiliki oleh pejabat eselon II pemerintah daerah. Kompetensi-kompetensi
tersebut terdiri dari 18 jenis dan membentuk suatu model kompetensi
kepemimpinan pejabatan eselon II pemerintah daerah. Adapun kompetensi dimaksud
meliputi:
Entrepreneurial orientation
Dengan kompetensi ini,
pemimpin memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi pemenang (champion) dalam produk baru, pelayanan,
dan proses produksi. Lemah dalam kompetensi ini, pemimpin organisasi akan sulit
mengembangkan bahkan mempertahankan keberlanjutan hidup organisasi, karena
mereka akan kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan organisasi-organisasi
sejenis yang lain. Dalam konteks birokrasi pemerintah, kompetensi ini mendorong
para pejabat untuk memberikan yang terbaik pada orang-orang yang dilayani dan
mendorong mereka untuk mengarahkan organisasinya pada pencapaian produk yang
berkualitas tinggi. Selain itu, orientasi kinerja juga diarahkan bukan hanya
untuk mengejar target anggaran yang harus dibelanjakan dalam periode waktu
tertentu, tetapi terdapat perhitungan efektivitas dan efisiensi.
Strategic thinking
Adalah kemampuan untuk
memahami kecenderungan perubahan lingkungan organisasi yang cepat, peluang
pasar, ancaman kompetisi, dan kekuatan serta kelemahan organisasi itu sendiri. Dengan kompetensi ini, pemimpin dapat menciptakan dan
menjalankan strategi organisasi. Kelemahan akan strategic thinking pada beberapa pemimpin dalam organisasi
mengakibatkan pandangan yang sempit (shortsighted
perspective) yang pada gilirannya akan menyulitkan organisasi dalam jangka
pajang.
Flexibility
Adalah kemampuan untuk
beradaptasi dan menanggapi perubahan lingkungan secara cepat dan efektif. Dalam lingkungan organisasi pemerintah, flexibility sangat diperlukan untuk
merespon berbagai perubahan yang sangat kompleks dalam masyarakat, perkembangan
tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan ataupun tuntutan lain seperti
demokratisasi, transparansi dan partisipasi dalam proses pembangunan.
Kompetensi ini juga diperlukan untuk menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi
di tingkat global yang secara langsung atau pun tidak langsung dapat
mempengaruhi atmosfir kehidupan bermasyarakat di tingkat nasional dan lokal.
Relationship building
Adalah usaha untuk
membangun atau menjaga pertalian (relationship)
atau jejaring (networks) hubungan
dengan mereka yang mungkin suatu saat akan bermanfaat bagi pencapaian
tujuan-tujuan kerja (work-related goals).
Kompetensi ini sangat penting, karena sebagian besar pencapaian tujuan berbagai
pekerjaan ditentukan oleh kemampuan bekerja sama para pelaku yang terkait
dengan pekerjaan tersebut.
Analytical thinking
Adalah memahami
sesuatu melalui pemecahan atau pemilahan persoalan kedalam bagian-bagian yang
lebih kecil, atau mengenali implikasi dari sesuatu melalui tahap demi tahap
dari jalur sebab musabab (step by step
causal way). Kompetensi ini melibatkan penggunaan logika, pemikiran yang
sistematik untuk memahami, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Mereka yang
memiliki kompetensi ini mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi beberapa
penyebab yang mungkin dari suatu masalah, dan selanjutnya membangun serta
melaksanakan rencana untuk mengatasi masalah.
Building organizational commitment
Kemampuan pemimpin
untuk membangun loyalitas dan komitmen pekerja akan mempengaruhi semua aspek
kinerja organisasi yang berhubungan dengan moral, loyalitas dan motivasi
pekerja. Dengan demikian pemimpin harus mampu menciptakan kesearahan akan
tindakan dan tujuan pekerja terhadap aktivitas, tujuan, misi dan visi
organisasi.
Team work
Adalah kemampuan untuk
berfungsi secara efektif sebagai bagian dari kelompok orang-orang yang
melakukan kerja sama. Team work ini
lebih dari sekedar aktivitas memainkan peran dan mempertahankan tujuan
masing-masing, tetapi juga sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja anggota
lain dalam tim. Dalam hal ini, meskipun tim seringkali beranggotakan
orang-orang yang memiliki kontribusi berbeda-beda, namun demikian akan lebih
baik jika tim memiliki anggota dengan kemampuan-kemampuan yang baik untuk
hal-hal penting dari suatu proyek atau kegiatan.
Result orientation
Kompetensi ini
meliputi kegiatan penetapan tujuan (goal
setting), upaya keras untuk mencapai tujuan yang menantang, pengukuran
kinerja, perbaikan effisiensi atau efektivitas, dan kalkulasi untung (benefit) dan rugi (cost) bagi bawahan mereka atau tim sebaik untuk pribadi mereka
sendiri. Result
orientation oleh Spencer &
Spencer (1993, p. 25) disebut juga dengan achievement
orientation.
Initiative
Yakni preferensi untuk melakukan suatu
tindakan. Orang yang memiliki inisiatif tidak akan tergantung pada
perintah-perintah atau petunjuk dari atasan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Oleh karenanya, kompetensi inisiatif ini sangat penting bagi keberhasilan suatu
organisasi.
Concern for quality
Concern for quality
atau yang disebut juga dengan monitoring
adalah kompetensi yang diperlukan untuk menjamin bahwa output dari setiap kegiatan memiliki akurasi yang tinggi dan dapat
memenuhi kebutuhan banyak pihak baik internal
customers maupun external customers.
Kompetensi ini
merefleksikan arahan mendasar untuk mengurangi ketidakpastian dalam lingkungan
sekitar.
Conceptual thinking
Adalah memahami
sesuatu atau masalah dengan cara meletakkan secara bersama bagian-bagian yang
terpisah (putting the pieces together)
dan melihat gambaran secara utuh (seeing
the large picture). Kompetensi ini melibatkan penggunaan konsep-konsep dan
abstraksi untuk menemukan persamaan, dan untuk meletakkan gagasan-gagasan
secara bersama dalam upaya meningkatkan pemahaman, penyelesaian masalah, hasil
dalam inovasi, dan keuntungan lain. Bagi organisasi, orang dengan kompetensi conceptual thinking yang tinggi dapat
dengan cepat menangkap konsep-konsep kunci dan isu-isu sentral. Mereka kemudian
dapat memanfaatkan pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh dari situasi yang
sama untuk menciptakan pendekatan atau penyelesaian yang sama.
Empowering others
Melalui kompetensi ini
pemimpin dapat membantu orang lain dalam membangun tanggung jawab dan
kompetensi mereka. Empowering others
dapat dilakukan melalui sharing
informasi, menumbuhkembangkan berbagai gagasan dari para pekerja, mengembangkan
pekerja, pendelegasian wewenang, memberikan feed
back atas hasil kerja pekerja, menunjukkan harapan positif pada berbagai
persoalan, dan penghargaan atas perbaikan kinerja pekerja.
Service orientation
Service orientation
merupakan kompetensi yang mendasari semua usaha (business) dari organisasi. Pemuasan kebutuhan pelanggan (customer needs) adalah tujuan akhir dari
seluruh organisasi. Adapun komitmen untuk melayani dan memuaskan kebutuhan
orang lain adalah kunci dari kompetensi ini. Kompetensi ini berlaku untuk semua
hubungan, bukan hanya external customers.
Pada tingkatan yang paling dasar, kompetensi ini melibatkan penyediaan
pelayanan baik yang secara eksplisit maupun implisit dikontrakkan dalam suatu
hubungan (relationship). Bentuk
kontrak yang implisit adalah dalam hubungan antarsesama pekerja, seperti adanya
perlakuan saling menghormati dan adanya komitmen bahwa seseorang akan melakukan
apa yang telah diucapkannya. Pada tingkat yang lebih tinggi, meliputi perhatian
serius atas feed back dari pelanggan
untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memonitor kepuasan mereka.
Sedangkan pada tingkat yang paling tinggi, service
orientation meliputi komitmen pada kepentingan terbaik jangka panjang dari
orang lain.
Interpersonal awareness
Adalah kemampuan untuk
mendengarkan secara akurat dan memahami pemikiran yang tidak terucapkan atau
yang hanya merupakan bagian kecil yang diekspresikan, perasaan, dan perhatian
orang lain. Adapun komponen kunci dari kompetensi ini adalah kemampuan untuk
mendengarkan secara efektif dan memiliki
empathy atas perasaan orang lain.
Developing others
Kompetensi ini penting
untuk menciptakan organisasi pembelajar (learning
organization) yang mendorong pekerja untuk menjadi yang terbaik. Inti dari
kompetensi ini adalah developmental
intent and effect daripada peran formal. Pengiriman orang pada program
pelatihan rutin untuk memenuhi tuntutan organisasi (corporate requirement), tidak menunjukkan adanya intent untuk membangun orang lain.
Karena itu, hal ini tidak termasuk sebagai bagian dari kompetensi developing others. Developing others biasanya diekspresikan dalam bentuk harapan
positif pada orang lain, percaya bahwa orang lain ingin dan akan belajar,
memberi arahan atau petunjuk, identifikasi kebutuhan pelatihan atau
pengembangan, dan mendesain program untuk keperluan tersebut.
Cross-cultural sensitivity
Pada masa sekarang,
hubungan antar individu dalam dunia usaha tidak lagi dapat dibatasi oleh
pilihan yang bersifat primordial, berdasarkan ikatan kesukuan atau keagamaan.
Mobilisasi manusia sudah sangat tinggi, sehingga orang-orang dengan latar
belakang budaya ataupun ras yang berbeda dapat saling berinteraksi dengan
intensitas yang tinggi. Seorang pemimpin kelompok dalam suatu kegiatan dapat
memiliki anggota yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Demikian pula
halnya dalam hubungan antara customers
yang dilayani dengan mereka yang memberi pelayanan, kondisi yang terjadi
menuntut orang-orang yang melaksanakan fungsi pelayanan untuk memiliki
kemampuan khusus dalam memahami orang lain dengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Memiliki sensitifitas dan pemahaman yang baik akan budaya orang
lain, memungkinkan orang dapat mengambil sikap dan tindakan yang lebih tepat
dalam menanggapi tindakan dari orang-orang yang memiliki nilai-nilai dan budaya
yang berbeda. Demikian pula mereka relatif akan lebih mudah untuk
dipindah-pindahkan lokasi atau daerah kerjanya, dari satu lokasi ke lokasi
kerja lain untuk kepentingan organisasi.
Influence
Merupakan kompetensi
untuk memberikan pengaruh pada orang lain dalam rangka untuk mendapatkan
dukungan atau sekedar memberikan efek tertentu pada mereka. Bagi perkembangan
karir seseoranag, influence ini
sangat penting. Hal ini karena influence
akan memberikan impact pada
organisasi yang merupakan kunci dari promosi dan peningkatan karir.
Technical expertise
Kompetensi ini
meliputi dua hal sekaligus yakni penguasaan akan substansi pengetahuan yang
berhubungan dengan pekerjaan (a body of
job-related knowledge) dan motivasi untuk memperluas, menggunakan dan
mendistribusikan pengetahuan yang berhubungan dengan kerja (work-related knowledge) kepada orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar